Gambar

Gambar
Izinkan saya berbagi tentang kisah saya dan mereka..!!

Senin, 22 Juni 2015

Pusara

Sore tadi..

Aku melihatmu tertunduk disamping pusara, begitu lesu, sampai-sampai kedatangankupun sepertinya kau tak sadar. Apa yang sedang kau pikirkan.? Tak rindukah kau pada adikmu ini.? Ah ya, kau hanya tak sadar aku datang ke tempatmu bukan.? Lama sekali kita tak saling berjumpa. Aku yakin tentu kau rindu padaku, apa kabarmu mas.? Kemana saja kau selama ini, sampai-sampai sekedar mampir ke rumah pun sekarang kau tak sempat. Pertanyaan-pertanyaan sederhana itu sering kali muncul dalam benakku. 

Aku memperhatikanmu dari tempatku berdiri, melihat raut wajahmu yang tak pernah berubah. Masih saja sama seperti dulu, ketika terakhir aku melihatmu, hanya saja sedikit sendu. 

Aku datang mas, bersama seorang wanita yang sering kau panggil ibu. Seharian ini dia tak henti-hentinya mengingatkanku "Mas mu belum di tengok, besok sudah puasa", begitu katanya. Rasa-rasanya hampir kesal aku dibuatnya. Ah, tapi tak apa, sepertinya dia rindu sekali dengan mu  mas.

Tepat jam 15:00 aku izin pulang kerja lebih awal, sebelum ke rumah menjemput ibu, aku mampir ke toko membeli bunga dan juga air mawar. Kau tahu mas, si penjual bunga itu seorang wanita paruh baya. Dia bertanya kepadaku "Mau nyekar ke makam siapa dek.?", ku lempar senyum manis sambil kujawab pertanyaan nya "Kakak saya bu..!!"
Wanita penjual bunga itu begitu ramah dan tatapan matanya seolah dia mengenal siapa orang yang kumaksut, "ini bunga dan kembaliannya dek, jangan buat dia menunggu..!!"

Andaikan kau masih ada, mungkin bukan bunga dan air mawar yang ku beli hari ini mas. Tapi, buah semangka besar yang sering kita minta pada ibu untuk dibelikan jika beliau pergi ke pasar dulu. Kau ingat, dulu kita biasa makan satu buah semangka di belah sama rata, dan hanya kita berdua saja yang menghabiskan. Masing-masing dari kita mendapatkan satu bagian, yaa.. hanya kita, menghabiskan nya begitu lahap menggunakan sendok tanpa di potong-potong lagi.

Setibanya di tempatmu, ku parkir kendaraanku, kemudian berjalan kearahmu. Ingin sekali rasanya kuteriaki namamu, dan memelukmu seperti dulu. Kau selalu menggendongku ketika aku menangis dimarahi karena kenakalanku sendiri. Bahkan terkadang kau rela dimarahi karena selalu membela dan mencoba menutupi kenakalan ku.

Ku perhatikan wajah ibu begitu antusias ketika semakin dekat langkah kaki menuju pusaramu. Dan tentu saja, akupun kembali melihat senyummu ketika kau mendengar langkah kaki kami, senyummu menyambut kami. Senyum yang sangat ku kenal, yang dulu sering kau berikan padaku.

Kau mempersilahkan kami, duduk disamping pusara bertuliskan namamu. Kami kah yang kau tunggu-tunggu sejak tadi mas.? Atau mungkin sejak kemarin.? Aku menyadari, apa yang kau perhatikan selama tertunduk tadi, rupanya hanya pusaramu yang belum bertabur bunga.
Maafkan adikmu ini mas, sudah buatmu merasa seperti ini.

Lihat..
Pusaramu sekarang sudah bersih, kucabuti rerumputan dengan tanganku sendiri, sudah indah berhias bunga, juga kutabur dengan tanganku sendiri.

Ibu menatap nama mu lekat, yang tertulis diatas pusara mu yang kini indah bertabur bunga. Kalimat yang mengalir dari bibirnya buatku terharu, beliau selalu berbicara seolah kau berada di hadapannya.
"Mas, maaf ndak bisa lama, sudah sore, main-mainlah ke rumah, kalau lapar makanlah seadanya makanan di rumah, umi pulang dulu ya..!!"

Kau dengar itu mas.?
Jangan pernah lagi tertunduk sedih mas, meski sekarang kita berada di dunia yang berbeda, tapi rasa sayank kami untukmu sampai hari ini tak pernah ada beda.........